MANAJEMEN ENTERPRUINERSHIP
semuapun dapat membaca blog ini bagi yang ingin pintar berenterepriunership

PERORGANISASIAN

By .Gatot Manggala

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman menuntut dinamisasi di segala bidang kehidupan. Begitu pula dalam bidang kesehatan, dimana tuntutan masyarakat sangat tinggi dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standart pelayanan termasuk standart praktek keperawatan, serta fasilitas yang mendukung. Diharapkan dari hal-hal tersebut tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya seminimal mungkin.

Salah satu peran yang signifikan dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah peran sebagai seorang kepala ruang. Kepala ruang memiliki fungsi strategis dalam mendorong peningkatan dan pengembangan sebuah bangsal rawat inap menuju progresifitas yang berkelanjutan. Pengelola pelayanan keperawatan misalnya kepala ruangan atau kepala rawat jaga, bertanggungjawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan diunit kerjanya agar tercapai tujuan unit kerja tersebut yang merupakan bagian dari tujuan rumah sakit.

Kepala ruang memiliki peran sebagai low managerial disebuah rumah sakit. Kemampuan managerial seseorang tidak diukur dengan menggunakan kriteria kemampuan operasional, melainkan dengan menggunakan tolak ukur kemampuan dan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk bertindak. Hal ini termanifestasikan dalam fungsi manajerial kepala ruang yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan dan pengendalian.

Seorang manajer menjadi pemimpin yang efektif apabila mampu menentukan strategi yang tangguh, menjadi perencana yang handal, menjadi organisator yang cekatan, motivator yang efektif, pengawas yang objektif dan rasional, penilai yang tidak berpengaruh oleh pertimbangan-pertimbangan yang subjektif dan emosional diamping keshalihan pribadi atau maknawai.

Motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan peran manajerial yang dimainkan oleh kepala ruang. Hal ini akan membawa implikasi di berbagai bidang salah satunya kualitas pelayanan. Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal saja. Tetapi diharapkan seorang pemimpin adalah populis dan mampu mengoptimalkan perannya sebagai seorang leader yang pada hakikatnya adalah seorang pelayan bagi masyarakat. Untuk mencapai keberhasilan sebuah program di sebuah bangsal rawat inap, maka tidak akan pernah lepas dari adanya dukungan perawat pelaksana atau dukungan dari tenaga nonkeperawatan. Oleh karena itu dirasa penting untuk mengetahui bagaimanakah persepsi perawat pelaksana terhadap fungsi manajerial kepala ruang di sebuah ruang rawat inap sebagai upaya membentuk dukungan perawat pelaksana dalam pencapaian tujuan bersama di sebuah bangsal rawat inap.

  1. Tujuan
    1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi perawat pelaksana terhadap fungsi manajerial kepala ruang di ruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

    1. Tujuan Khusus

Mengetahui persepsi perawat pelaksana terhadap fungsi manajerial kepala ruang yang terdiri dari :

· Perencanaan

· Pengorganisasian

· Pengawassan

· Pengarahan

· Pengendalian

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERENCANAAN

Perencanaan adalah proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Sedangkan perencanaan ketenagaan keperawatan adalah langkah-langkah menentukan tenaga sesuai ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan yang jelas untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar keperawatan.

Dalam perencanaan ketenagaan keperawatan diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.
  2. Menetapkan kategori perawatan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan keperawatan.
  3. Memperkirakan jumlah setiap kategori personil yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan.
  4. Menerima dan menyaring personil untuk mengisi kebutuhan.
  5. Seleksi calon-calon yang ada.
  6. Mengatur perawat-perawat yang terpilih untuk diberi penugasan yang sesuai dengan unit dan shift.
  7. Memberikan tanggung jawab kepada perawat untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan uraian tugas.

Dalam perencanaan tenaga keperawatan perlu mengetahui beberapa hal sebagai berikut:

  1. Kategori Keperawatan Klien

1. Keperawatan mandiri (self care)

Bantuan yang minimal dalam tindakan keperawatan dan pengobatan, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

2. Keperawatan parsial (partial/intermediate care)

Memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu.

3. Keperawatan total (total care)

Memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan dan pengobatan dan observasi yang ketat.

4. Keperawatan intensif (intensive care)

Memerlukan observasi dan tindakan terus-menerus (intensif)

Kategori ketergantungan

Self care

Partial care

Total care

Ambulasi dan pergerakan

Bangun dan turun dari tempat tidur

Satu orang membantu berjalan/turun dari tempat tidur

Satu orang atau lebih untuk pindah tempat

Makan dan minum

Klien dapat makan atau minum sendiri

Membutuhkan bantuan untuk menyuapkan makanan

Makan dengan IV terapi atau tube feeding

Mandi/kebersihan diri

Klien dapat mandi sendiri

Membutuhkan bantuan untuk mandi

Bantuan penuh untuk mandi/mandi di tempat tidur

Eliminasi

Tidak membutuhkan bantuan

Membutuhkan bantuan untuk ke toilet, mengambilkan bedpan/urinal

Inkontinensia, kateter.

  1. Jenis-jenis tindakan keperawatan

1. Keperawatan langsung

Perawatan yang diberikan berdasarkan tingkat ketergantungan. Menurut Menetti dan Hurchinsun (1975) pemberian keperawatan langusng untuk kategori self care adalah 2 jam, partial care 3 jam, total care 4 – 6 jam, dan intensif 8 jam.

2. Keperawatan tidak langsung

Meliputi menulis, membaca status, membuat rencana keperawatan, dan konsultasi dengan tim kesehatan lainnya.

Menurut RS Detroit lama perawatan tidak langsung adalah 38 menit sedangkan menurut Wolfe dan Young (1989) diperlukan waktu 60 menit/klien/hari. Lama perawatan tidak langsung ini perlu disesuaikan dengan rumah sakit masing-masing.

3. Penyuluhan kesehatan

Menurut Gillies (1989) diperlukan waktu 15 menit/klien/hari.

  1. Penentuan beban kerja

1. Jumlah klien yang dirawat per hari/bulan/tahun di unit tersebut

2. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien

3. Rata-rata hari rawat

4. Pengukuran keperawatan langsung, tidak langsung dan penyuluhan

5. Frekuensi tindakan keperawatan

6. Rata-rata waktu tindakan keperawatan.

  1. Ratio perawat

Menurut Abdullah dan Levine, dibutuhkan 55% perawat ahli/profesional dan 45% asisten perawatan. Untuk unit intensif diperlukan perbandingan perawat dengan klien 1 : 1.

Menurut Swansburg (1990), perbandingan tenaga perawat untuk shift pagi:sore:malam adalah 47%:35%:17%.

Untuk menghitung jumlah perawat yang diperlukan unit menggunakan formula yang dikembangkan oleh Gillies (1989):

Jumlah jam Rata-rata jumlah jumlah

keperawatan yang x klien per hari x hari/tahun

dibutuhkan klien/hari (sensus harian)

(Hari/tahun - Hari libur/tahun) x Jumlah jam kerja/hari

  1. Metode penugasan

Ada beberapa metode penugasan yaitu:

1. Metode fungsional

Sistem penugasan yang lama, dimana perawat betugas terhadap satu atau dua tindakan keperawatan untuk seluruh unit. Keuntungan dalam metode ini adalah dapat memunculkan perawat yang ahli dalam melakukan satu prasyarat dan tenaga yang dibutuhkan lebih sedikit. Sedangakan. Sedangkan kerugian dalam metode ini yaitu perawat terpilah-pilah, tidak jelas, tidak profesional, kepuasaan klien kurang terpenuhi, banyak membuang wakatu, tidak ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

2. Metode tim

Sistem penugasan dengan perawat profesional, pembantu perawat dan tenaga teknisi lainnya dalam satu tim untuk memberikan perawatan pada sekelompok klien. Dimana perawat untuk memberikan perawatan pada sekelompok klien. Dimana perawat profesional bertugas sebagai ketua tim yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan merencanakan asuhan keperawatan. Keuntungan dalam metode ini adalah pelayanan yang profesional, tanggung jawab dan tanggung gugat jelas, pelayanan tidak terkotak-kotak, kepuasan klien tinggi. Sedangkan kerugian metode ini yaitu tnaga harus mencukupi, perlu pelatihan teknik yang benar, perlu kemampuan yang baik dari ketua tim untuk menangani konflik yang muncul dalam tim.

3. Metode primer

Sistem penugasan pada perawat profisional yang memberikan pelayanan pada sekelompok klien dari datang sampai pulang. Metode ini dilakukan oleh seseorang perawat profesional yang memberikan asuhan keperawatan, mengkoordinasi dan mengevaluasi kegiatan pelayanan serta memodifikasi tindakan sesuai dengan kebutuhan. Keuntungan dalam metode ini adalah kepuasan klien sangat tinggi, kualitas pelayanan baik, tanggung jawab dan tanggung gugat jelas. Sedangkan kerugiannya yaitu perawat harus profesional, biaya tinggi, perawatan dan fasilitas harus mencukupi.

B. PENGORGANISASIAN

Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam proses manajemen yang meliputi usaha kerjasama dan koordinasi kegiatan dalam ruang perawatan. Pengorganisasian yang baik akan menghasilkan struktur dimana setiap perawat mengetahui tugasnya sehingga dapat mencegah terjadinya duplikasi kegiatan.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal diperlukan beberapa prinsip pengorganisasian, yaitu:

1. Pembagian kerja

Pembagian kerja ini harus jelas dan tepat sehingga semua pekerjaan dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kepala ruang perawatan perlu mengetahui tentang :

o Pendidikan dan pengalaman setiap perawat di ruangan tersebut

o Peran dan fungsi perawat yang ditetapkan di rumah sakit tersebut

o Mengetahui batas wewenang perawat dalam melaksanakan tugan dan tanggung jawab perawat.

Agar pembagian kerja ini tepat, maka dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:

§ Jumlah tugas yang dibebankan terbatas dan sesuai dengan kemampuan.

§ Tiap ruang perawatan memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis.

§ Setiap perawat memilliki perincian tugas yang jelas.

§ Penggolongan tugas didasarkan kepentingan, kesulitan dan waktu.

2. Pendelegasian tugas

Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang pemimpin dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, dimana hal ini merupakan inti manajemen. Selain itu denangan mendelegasikan seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain, seperti perencanaan dan evaluasi. Dalam pendelegasian wewenang masalah yang terpenting adalah apakah tugas dan seberapa besar wewenang yang harus dapat dilimpahkan kepada staf. Hal ini tergantung kepada:

a. Sifat kegiatan

b. Kemampuan staf

c. Hasil yang diharapkan

3. Koordinasi

Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di ruang perawatan. Keselarasan ini dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain.

Manfaat koordinasi:

a. Menumbuhkan rasa saling membantu.

b. Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf.

Ada beberapa cara koordinasi antara lain komunikasi terbuka/dialog, pertemuan, pembakuan prosedur yang berlaku serta pelaporan dan pencatatan.

C. PENGARAHAN

1. Pengertian

Lutter Gullich dalam buku ”Pengantar Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan” menyebutkan pengarahan adalah upaya pengambilan keputusan secara berkesinambungan dan terus-menerus yang terwujud dalam bentuk adanya perintah ataupun petunjuk guna dipakai sebagai pedoman dalam organisasi. Sedangkan Joseph L. Massie menuliskan bahwa upaya mewujudkan keputusan, rencana dan program dalam bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Definisi lain menjelaskan bahwa pengarahan adalah memberikan bimbingan serta mengendalikan para pekerja dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah disepakati. Selain itu pengarahan juga berarti rangkaian kegiatan atau proses menjaga, memelihara dan mengembangkan organisasi melalui kegiatan setiap personel, baik secara struktural maupun funsional, agar kegiatan-kegiatan tidak terlepas dari wewenang dan tanggung jawabnya dalam rangka mewujudkan tugas pokok masing-masing (Monica, Elaine, 1998).

Dari batas yang seperti segera terlihat bahwa pekerjaan pengarahan pada dasarnya ditujukan kepada para karyawan. Tujuannya ialah untuk mencegah agar karyawan jangan sampai melakukan penyimpangan - penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana.

Langkah-Langkah Pengarahan yang Efektif

Menurut George R. Terry (Susilo Martoyo, 1988). Langkah-langkah yang penting memungkinkan tercapainya pengarahan yang efektif adalah:

1. Buatlah orang-orang dalam organisasi itu merasa penting dan mempunyai kepentingan.

2. Kenalilah perbedaan yang ada pada masing-masing individu.

3. Jadilah seorang pendengar yang baik.

4. Hindarilah perdebatan.

5. Ketahuilah sebaik-baiknya perasaan orang lain.

6. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membujuk.

7. Hindari dominasi.

8. Berikan kesempatan kepada kebanyakan orang untuk menginginkan sesuatu dalam organisasi dengan disertai kejelasan tentang hak dan manfaat yang akan diperoleh.

9. Ikut sertakan dalam proses manajemen.

10. Perintah atau instruksi hendaknya jelas dan selengkap mungkin.

Gunakan supervisi atau pengawasan untuk memantau hasil dari pengarahan.

2. Manfaat Pengarahan

Sebagai salah satu dari fungsi administrasi, pengarahan diupayakan agar berbagai keputusan yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Apabila pngarahan dapat dilakukan dengan baik, memang akan diperoleh beberapa manfaat, sebagai berikut:

1. Karyawan mendapatkan informasi yang tepat tentang segala sesuatu yang akan dijalani.

2. Karyawan akan terhindah dari kemungkinan berbuat salah dan dengan demikian tujuan akan lebih mudah tercapai.

3. Karyawan akan selalu berhadapan dengan proses belajar mengajar sehingga pengetahuan, ketrampilan dan keaktivitasan akan meningkat.

4. Karyawan akan berada dalam suasana yang menyenangkan yakni terciptanya hubungan pimpinan dan bawahan yang baik

3. Syarat Pengarahan

Untuk dapat melaksanakan pengarahan yang baik harus terpenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

a. Kesatuan perintah

b. Informasi yang lengkap

c. Hubungan langsung dengan karyawan

d. Suasana informal

4. Teknik Pengarahan

Beberapa macam teknik pengarahan manajer terhadap karyawannya antara lain:

a. Tehnik konsultasi

b. Tehnik demokrasi

c. Tehnik otokrasi

d. Tehnik bebas teratasi

Semua tehnik ini mengandung aspek positif dan aspek negatif tergantung penerapan. Studi leteratur menegaskan bahwa manusia dapat diarahkan dan dapat menerima kepemimpinan untuk berbagai alasan, diantaranya administrasi mereka, kekuasaan, penghasilan dan keamanan. Semangat dimana mereka berusaha mencapai tujuan dalam unit perawatan, bagian, pelayanan atau unit akan menuntut kemampuan kepemimpinan untuk berkreasi dalam lingkungan internal yang memberikan inspirasi kepada karyawan untuk bekekrja dalam tingkatan yang sesuai dengan kemampuan karyawan. Hal tersebut melekat dalam penerimaan posisi manajemen, dimana orang dapat mengembangkan dan menggunakan kemampuan kepemimpinan. Hal tersebut meliputi:

· Identifikasi kebutuhan pelatihan karyawan secara individual dan menetapkan program-program untuk memenuhi kebutuhan mereka.

· Menetapkan sistem kinerja untuk mengidentifikasi kompetensi karyawan dan penugasan serta promosi berdasarkan kompetensi.

· Mengembangkan kepercayaan dan pendelegasian tanggung jawab serta wewenang dalam pengambilan keputusan.

Adapun strategi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin/manajer perawatan sehingga dapat mendorong lingkungan kerja yang baik adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan tersebut menawarkan mata pencaharian yang sesuai

b. Terdapat identitas kelompok dan tujaun kelompok serta adanya keuntungan bekerjasama dengan yang lain

c. Lingkungan sekitarnya dan rekan kerja yang menyenangkan

d. Pekerjaan yang menarik

e. Pengakuan bahwa yang dikerjakan oleh karyawan sangat bernilai dan telah dikerjakan dengan baik

f. Adanya kesempatan untuk pencapaian tujuan dan tantangan

g. Keharmonisan antara tujuan organisasi dan tujuan individu kesempatan yang sama untuk merasa aman dan tenang.

Pimpinan perawat yang merupakan manajer keperawatan mempunyai bawahan dengan berbagai karakter, diharapkan mampu mengarahkan kelompok/karyawan agar dapat bekerja untuk mencapai tujuan. Selain itu juga dituntut dapat berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memberi gambaran kualitas personal yang dapat diteriama bawahan dan menunjukkan ketrampilan dalam memimpin, komunikasi dan tehnik komunikasi.

D. PENGAWASAN (CONTROLING)

1. Definisi

Controling adalah peraturan kegiatan untuk mengkoordinasikan perencanaan (Grohar Murray, Dicroce. 1997). Sedangkan menurut Aziz A (1996), pengawasan adalah melakukan penilaian dan koreksi terhadap setiap penampilan karyawan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan atau proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

2. Manfaat

a. Tujuan yang ditetapkan dapat diharapkan pencapaiannya dan selanjutnya pencapaian tersebut adalah dalam kualitas dan kuantitas tertinggi yang direncanakan.

b. Pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut tidak melebihi apa yang telah ditetapkan bahkan dapat ditekan sehingga meningkatkan efisiensi.

c. Pengawasan yang baik, akan dapat memacu karyawan berprestasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3. Hal yang perlu diperhatikan agar pengawasan menjadi baik

a. Obyek pengawasan

Hal-hal yang harus diawasi dari suatu pelaksanaan rencana kerja.

b. Metoda pengawasan

Teknik atau cara melakukan pengawasan terhadap obyek pengawasan yang telah ditetapkan.

c. Proses pengawasan

Langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengawasan tersebut dapat dilakukan.

4. Syarat mendapatkan hasil pengawasan yang baik

Untuk dapat melakukan serta mendapatkan hasil pengawasan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yakni:

a. Pengawasan harus bersifat khas.

Syarat pertama yang harus dipenuhi pada pengawasan adalah pengawasan tersebut harus bersifat khas (spesifik), artinya jelas sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta ditujukan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Syarat yang seperti ini dikenal dengan prinsip “strategic point control”. Hal yang bersifat pokok tersebut banyak macamnya, termasuk misalnya hanya mengawasi penyimpangan-penyimpangan saja

b. Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan.

Pengawasan harus mampu melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi secara tepat, cepat, dan benar. Dalam pengawasan juga harus ada umpan balik yang dapat dimanfaatkan dengan segera.

c. Pengawasan harus flexibel dan berorientasi pada masa depan.

Fleksibel disini adalah harus tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi. Pengawasan yang terlalu kaku tidak akan memberikan hasil yang optimal.

d. Pengawasan harus mencerminkan keadaan organisasi.

Pengawasan tersebut harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi, artinya bersifat ekonomis.

e. Pengawasan harus mudah dilaksanakan.

Kadang-kadang setiap satuan organisasi yang ada dalam organisasi dapat melaksanakan pengawasan secara mandiri. Dalam keadaan seperti ini memberikan kesempatan pengawasan tersebut kepada satuan organisasi yang dimaksud. Selanjutnya untuk menjamin kemudahan dalam pengawasan, berikanlah kesempatan pengawasan tersebut kepada atasan langsung dari bawahan.

f. Hasil pengawasan harus mudah dimengerti.

Pengawasan harus mudah dimengerti dan harus dapat dimanfaatkan untuk menyusun rekomendasi guna memperbaiki sesuatu yang dipandang tidak tepat.

5. Teknik controling

a. Komunikasi

Mengawasi dan komunikasi secara langsung dengan APN dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Supervisi

Melihat dan mengawasi proses askep yang dilaksanakan oleh APN dan melihat catatan yang dibuat selama proses keperawatan serta mendengar secara lisan tentang tugas yang telah dilakukan.

c. Evaluasi

- Evaluasi diri

Misalnya, perencanaan, pengamatan, pengawasan, dan pengorganisasian sudah memberikan konsep yang digunakan.

- Evaluasi APN

Misalnya, penampilan pelaksanan cukup memuaskan dan sesuai dengan tugas dan peralatan yang telah diberikan.

- Evaluasi hasil keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Azrul (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta. Bina Mipa Aksara.

Nursalam, Mnurs (2002), Managemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Swansburg, russel C (2000). Pengantar Kepemimpinan dan manajeman keperawatan; Alih Bahasa, Suharyati Samba ; Editor, Monica Ester. Jakarta : EGC

Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan Kepemimpinan. Ed. 2. Jakarta :PTRadj Grafindo Persada.

 

0 comments so far.

Something to say?